ASUHAN
ANTENATAL
Menurut
Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya
bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan
lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua
adalah 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga adalah 13
minggu (minggu ke 28 hingga ke 40).
Untuk
melakukan asuhan antenatal yang baik, diperlukan pengetahuan dan kemampuan
untuk mengenali perubahan fisiologis yang terkait dengan proses kehamilan.
Perubahan tersebut mencakup perubahan produksi dan pengaruh homonal serta
perubahan anatomi dan fisiologi selama kehamilan. Pengenalan dan pemahaman
tentang perubahan fisiologis tersebut menjadi modal dasar dalam mengenali
kondisi patologis yang dapat mengganggu status kesehatan ibu maupun bayi yang
dikandungnya. Dengan kemampuan tersebut, penolong atau petugas kesehatan dapat
mengambil tindakan yang tepat dan perlu untuk memperoleh luaran yang optimal
dari kehamilan dan persalinan.
Tujuan
Instruksional Umum
Materi
yang diuraikan pada Bab ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan yang akan diaplikasi pada asuhan antenatal
Tujuan
Instruksional Khusus
Setelah
mempelajari Bab ini, pengguna buku diharapkan mampu untuk :
• Menjelaskan perubahan fisiologis dan
hormonal pada kehamilan
• Menguasai dasar dan melaksanakan uji
hormonal yang spesifik terhadap kehamilan
• Menjelaskan perubahan fisiologi dan anatomi
pada kehamilan
• Melaksanakan asuhan antenatal
o alasan perlunya asuhan antenatal
o jadwal asuhan antenatal
• Melaksanakan pemeriksaan rutin dan
penelusuran penyulit dalam kehamilan
• Mengetahui dan menatalaksana penyulit
selama kehamilan
• Melaksanakan edukasi kesehatan selama
kehamilan bagi ibu hamil
Perubahan
Fisiologis dan Hormonal pada Kehamilan
Penentuan
dan dugaan terhadap kehamilan sangat terkait dengan pengetahuan tentang
fisiologi awal kehamilan. Pengenalan ini juga penting bagi penapisan terhadap
kelainan yang mungkin terjadi selama kehamilan.
Tanda-tanda
presumtif adalah perubahan fisiologi pada ibu atau seorang perempuan yang
mengindikasikan bahwa ia telah hamil. Tanda-tanda tidak pasti atau terduga
hamil adalah perubahan anatomi dan fisiologi selain dari tanda-tanda presumtif
yang dapat dideteksi atau dikenali oleh
pemeriksa. Tanda-tanda pasti kehamilan adalah data atau kondisi yang
mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui
pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa (misalnya: denyut jantung janin,
gambaran sonogram janin, gerakan janin).
Setelah ovum
dikeluarkan dari folikel degraf matang di ovarium maka folikel ini akan berubah
menjadi korpus luteum yang berperan dalam siklus menstruasi dan mengalami
degenerasi setelah terjadinya menstruasi. Bila ovum dibuahi oleh spermatozoa
maka korpus luteum akan dipertahankan oleh korionik gonadotropin yang
dihasilkan oleh sinsitio trofoblas disekitar blastokist menjadi korpus luteum
kehamilan.
Progesteron
yang dihasilkan oleh korpus luteum sangat diperlukan untuk menyiapkan proses
implantasi pada dinding uterus dan proses kehamilan dalam trimester pertama
sebelum nantinya fungsi ini diambil alih oleh plasenta pada trimester kedua.
Progesteron yang dihasilkan dari korpus luteum juga menyebabkan pengingkatan
suhu tubuh basal yang terjadi setelah ovulasi akan tetap bertahan.
Kehamilan
menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak dilepaskan sehingga
amenore atau tidak datangnya haid dianggap sebagai tanda dari kehamilan. Namun
demikian, hal ini tidak dapat dianggap sebagai tanda pasti kehamilan karena
amenore dapat juga terjadi pada beberapa penyakit kronik, tumor hipofise,
perubahan faktor-faktor lingkungan, malnutrisi dan (yang paling sering)
gangguan emosional terutama pada mereka yang tidak ingin hamil atau malahan,
mereka yang ingin sekali hamil (dikenal dengan pseudocyesis atau hamil
semu).
Konsentrasi
tinggi estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh plasenta menimbulkan
perubahan pada payudara (tegang dan membesar), pigmentasi kulit dan pembesaran
uterus. Adanya chorionic gonadotropin (hCG) digunakan sebagai dasar uji
imunologik kehamilan. Chorionic somatotropin (Human Placental Lactogen/HPL)
dengan muatan laktogenik akan merangsang pertumbuhan kelenjar susu di dalam
payudara dan berbagai perubahan metabolik yang mengiringinya.
Secara
spesifik, estrogen akan merangsang pertumbuhan sistem penyaluran air susu dan
jaringan payudara. Progesteron berperan dalam perkembangan system alveoli
kelenjar susu. Hipertrofi alveoli yang terjadi sejak 2 bulan pertama kehamilan
menyebabkan sensasi noduler pada payudara. Chorionic somatotropin dan kedua
hormon ini menyebabkan pembesaran payudara yang disertai dengan rasa penuh atau
tegang dan sensitif terhadap sentuhan (dalam dua bulan pertama kehamilan),
pembesaran puting susu dan pengeluaran kolostrum (mulai terlihat atau dapat
diekspresikan sejak kehamilan memasuki usia 12 minggu). Hipertrofi kelenjar
sebasea berupa tuberkel Montgomery atau folikel disekitar areola mulai
terlihat jelas sejak dua bulan pertama kehamilan. Pembesaran berlebihan dari
payudara dapat menyebabkan striasi (garis-garis hipo atau hiperpigmentasi pada
kulit). Selain membesar, dapat pula terlihat gambaran vena bawah kulit
payudara.
Pembesaran
payudara sering dikaitkan dengan terjadinya kehamilan tetapi hal ini bukan
merupakan petunjuk pasti karena kondisi serupa dapat terjadi pada pengguna
kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat
penenang dan hamil semu (pseudocyesis).
Walaupun tidak
diketahui secara pasti tetapi pigmentasi kulit terjadi akibat efek stimulasi
melanosit yang dipicu oleh peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Bagian
kulit yang paling sering mengalami hiperpigmentasi adalah puting susu dan
areola disekitarnya serta umumnya pada linea mediana abdomen, payudara, bokong
dan paha. Chloasma gravidarum adalah hiperpigmentasi pada area wajah
(dahi, hidung, pipi dan leher). Area atau daerah kulit yang mengalami
hiperpigmentasi akan kembali menjadi normal setelah kehamilan berakhir.
Pengecualian terjadi pada striae dimana area hiperpigmentasi akan memudar
tetapi guratan pada kulit akan menetap dan berwarna putih keperakan.
Hal lain yang
terkait dengan perubahan hormonal dan dikaitkan dengan tanda kehamilan adalah
rasa mual dan muntah yang berlebihan atau hiperemesis. Walaupun demikian,
kondisi ini juga tidak dapat dikategorikan sebagai tanda pasti kehamilan karena
berbagai penyebab metabolik lain dapat pula menimbulkan gejala yang serupa.
Hiperemesis pada kehamilan digolongkan normal apabila terjadinya tidak lebih
dari trimester pertama.
Gejala
metabolik lain yang dialami oleh ibu hamil dalam trimester pertama adalah rasa
lelah atau fatique. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Basal Metabolic
Rate (BMR) dalam trimester pertama kehamilan. Dengan meningkatnya aktivitas
metabolik produk kehamilan (janin) sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan
maka rasa lelah yang terjadi selama trimester pertama akan berangsur-angsur
menghilang dan kondisi ibu hamil akan menjadi lebih segar.
Uji Hormonal Kehamilan
Uji kehamilan
didasarkan pada adanya produksi chorionic gonadotropin (hCG) oleh sel-sel
sinsitiotrofoblas pada awal kehamilan. Hormon ini disekresikan ke dalam
sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan melalui urin. Human Chorionic
Gonadotropin (hCG) dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan
peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia kehamilan diantara 30-60
hari. Produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60-70 hari dan kemudian menurun
secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan
100-130 hari.
Pemeriksaan
kuantitatif hCG cukup bermakna bagi kehamilan. Kadar hCG yang rendah, ditemui
pada kehamilan ektopik dan abortus iminens. Kadar yang tinggi dapat dijumpai
pada kehamilan majemuk, mola hidatidosa atau korio karsinoma. Nilai kuantitatif
dengan pemeriksaan radio immunoassay dapat membantu untuk menentukan
usia kehamilan.
Aschheim dan
Zondek telah menggunakan uji kehamilan dengan penanda hCG sejak tahun 1920. Uji
biologis ini menggunakan hewan (katak, tikus, kelinci) yang kemudian disuntik
dengan serum atau urin perempuan yang diduga hamil untuk melihat reaksi yang
terjadi pada ovarium atau testes hewan percobaan tersebut. Prinsip uji biologik
penanda hCG selanjutnya dikembangkan dengan cara mengambil antiserum hCG dari
hewan yang telah memproduksi antibodi hasil stimulasi dengan hCG (protein
dengan sifat antigenik). Bila urin diteteskan ke antiserum maka terjadi mediasi
aktifitas antiserum untuk beraksi dengan partikel lateks yang dilapisi dengan
hCG (latex particle agglutination inhibition test) atau sel darah merah
yang telah disensitisasi dengan hCG (hemagglutination inhibition test).
Pada perempuan yang hamil, hCG di dalam urinnya akan menetralisir antibodi
dalam antiserum sehingga tidak terjadi reaksi aglutinasi. Pada perempuan yang
tidak hamil, tidak terjadi netralisasi antibodi sehingga terjadi reaksi
aglutinasi.
Karena hCG
mempunyai struktur yang mirip dengan hormon luteinisasi (Luteinizing
Hormone/LH) maka dapat terjadi reaksi silang masing-masing antibodi terhadap
masing-masing hormon. Untuk menghindarkan hal tersebut maka dilakukan
pembatasan terhadap sensitifitas jumlah maksimum atau internasional unit hormon
yang akan diperiksa.
False negative
uji imunologik kehamilan terjadi pada 2% dari keseluruhan pengujian dan hal
tersebut umumnya terjadi akibat pengujian yang terlalu dini (dibawah 6 minggu,
dihitung dari hari pertama haid terakhir) atau terlalu lama (diatas 18-20
minggu kehamilan). False positive terjadi pada 5% dari keseluruhan uji
kehamilan dan hal ini umumnya terjadi pada perempuan dengan proteinuria yang
masif, menjelang menopause (peningkatan hormon gonadotropin dan penurunan
fungsi ovarium), dan reaksi silang hormon gonadotropin. Karena akurasi
pemeriksaan hCG adalah 95-98% dan tidak spesifik untuk kehamilan maka uji
hormonal kehamilan tidak digolongkan sebagai tanda pasti kehamilan.
Uji radioreceptorassay
dan radioimmunoassay merupakan metoda yang sangat sensitif untuk
mendeteksi hCG dibandingkan dengan uji kehamilan sebelumnya. Kedua metoda ini
membutuhkan peralatan canggih, mahal dan tenaga analis terlatih. Pemeriksaan
dengan radioreceptorasssay juga bereaksi silang dengan hormon
luteinisasi/luteinizing hormone sehingga sensitifitas semata tidak dapat
mengungguli uji radioimmunoassay.
Pemeriksaan
spesimen darah dengan radioimmunoassay dapat dikhususkan untuk rantai
glikoprotein subunit beta (β subunits) yang dianggap spesifik dengan kehamilan.
Dengan metoda ini, adanya hCG dapat dideteksi sejak 1 minggu setelah konsepsi.
Pengujian ini dilengkapi dengan informasi tentang usia kehamilan dan tingkat
sensitifitas yang dipakai oleh pembuat perangkat atau instrumen uji kehamilan.
Walau cara pengujian ini dianggap sangat akurat tetapi tidak 100% sempurna.
Metoda terbaru
pengujian hCG subunit β adalah Enzym Linked Immunoabsorbent Assay (ELISA). Cara
ini akan mengabsorbsi antibodi monoklonal hCG subunit β dengan hasil yang
sangat sensitif, tingkat spesifitas yang tinggi dalam waktu yang relatif
singkat, tidak membutuhkan biaya tinggi dan mudah dilakukan.
Perubahan Anatomi dan
Fisiologi pada Kehamilan
Pembesaran
uterus merupakan perubahan anatomi yang paling nyata pada ibu hamil.
Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada awal kehamilan
akan menyebabkan hipertrofi miometrium. Hipertrofi tersebut dibarengi dengan
peningkatan yang nyata dari jaringan elastin dan akumulasi dari jaringan
fibrosa sehingga struktur dinding uterus menjadi lebih kuat terhadap regangan
dan distensi. Hipertrofi myometrium juga disertai dengan peningkatan
vaskularisasi dan pembuluh limfatik. Peningkatan vaskularisasi, kongesti dan
edema jaringan dinding uterus dan hipertrofi kelenjar serviks menyebabkan
berbagai perubahan yang dikenali sebagai tanda Chadwick, Goodell dan Hegar.
Tanda Chadwick
adalah perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina
dan serviks. Tanda Goedell adalah perubahan konsistensi (yang
dianalogikan dengan konsistensi bibir) serviks dibandingkan dengan konsistensi
kenyal (dianalogikan dengan ujung hidung) pada saat tidak hamil. Tanda Hegar
adalah pelunakan dan kompresibilitas isthmus serviks sehingga ujung-ujung
jari seakan dapat ditemukan apabila isthmus ditekan dari arah yang berlawanan.
Pelunakan dan
kompresibilitas serviks menyebabkan berkurangnya kemampuan bagian ini untuk
menahan beban yang disebabkan oleh pembesaran uterus dan sebagai kompensasinya,
uterus terjatuh ke depan (hiperantefleksio) dalam tiga bulan pertama kehamilan
(uterus masih sebagai organ pelvik). Dengan posisi tersebut diatas, akan
terjadi dorongan mekanik fundus uteri ke kandung kemih sehingga timbul gejala
sering berkemih selama periode trimester pertama. Gejala ini akan berkurang
setelah usia kehamilan memasuki trimester kedua dimana uterus semakin membesar
dan keluar dari rongga pelvik sehingga tidak lagi terjadi dorongan fundus pada
kandung kemih.
Bentuk uterus
yang seperti buah alpukat kecil (pada saat sebelum hamil) akan berubah bentuk
menjadi globuler pada awal kehamilan dan ovoid (membulat) apabila kehamilan
memasuki trimester kedua. Setelah 3 bulan kehamilan, volume uterus menjadi
cepat bertambah sebagai akibat pertumbuhan yang cepat pula dari konsepsi dan
produk ikutannya. Seiring dengan semakin membesarnya uterus, korpus uteri dan
fundus semakin keluar dari rongga pelvik sehingga lebih sesuai untuk disebut
sebagai organ abdomen.
Pertumbuhan
uterus ke arah kavum abdomen disertai dengan sedikit rotasi ke arah kanan sumbu
badan ibu atau dikenal dengan istilah dekstrorotasi. Kondisi ini disebabkan
oleh adanya kolon rektosigmoid yang mengisi sebagian besar ruang
abdominopelvikum kiri. Kecepatan pembesaran uterus pada primigravida dan
multigravida dapat sedikit berbeda (kisaran 1-2 minggu) dan hal ini menimbulkan
variasi dalam estimasi besar uterus pada awal pemeriksaan kehamilan awal atau
tera usia kehamilan dengan menggunakan titik anatomi tertentu (misalnya; fundus
uteri setinggi umbilikus).
Pembesaran
dinding abdomen, sering dianggap sebagai tanda dari terjadinya kehamilan.
Pembesaran tersebut terkaitkan dengan terjadi pembesaran uterus di rongga
abdomen. Penonjolan didnding abdomen biasanya dimulai pada usia kehamilan 16
minggu dimana uterus beralih dari organ pelvik menjadi organ abdomen.
Penonjolan dinding abdomen lebih nyata pada ibu hamil dengan posisi berdiri
dibandingkan dengan posisi berbaring. Juga lebih terlihat pada multipara
dibandingkan dengan nulipara atau primigravida akibat kendurnya otot-otot
dinding perut. Apabila uterus jatuh ke arah depan dan bawah maka dinding perut
akan menonjol seperti bandul dan hal ini disebut sebagai perut pendulum. Pada
kasus yang ekstrim, kondisi ini dapat mengganggu kemajuan proses persalinan.
Pembesaran
uterus pada awal kehamilan, biasanya tidak terjadi secara simetris. Secara
normal, ovum yang telah dibuahi akan berimplantasi pada segmen atas uterus,
terutama pada dinding posterior. Bila lokasi implantasi berada di dekat kornu
maka daerah ini akan lebih cepat membesar dibandingkan dengan bagian uterus
lainnya. Pembesaran asimetri dan penonjolan salah satu kornu tersebut dapat
dikenali melalui pemeriksaan bimanual pelvik pada usia kehamilan delapan hingga
sepuluh minggu. Keadaan ini dikenal sebagai tanda Piskacek.
Tanda
kehamilan lain adalah kontraksi Braxton Hicks yang terjadi akibat
peregangan dari miometrium yang disebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus.
Peningkatan aktomiosin di dalam miometrium juga menjadi penyebab dari
meningkatnya kontraktilitas uterus. Kontraksi Braxton Hicks bersifat
non-ritmik, sporadik, tanpa disertai adanya rasa nyeri, mulai timbul sejak
kehamilan enam minggu dan tidak terdeteksi melalui pemeriksaan bimanual pelvik.
Kontraksi ini baru dapat dikenali melalui pemeriksaan bimanual pelvik pada
kehamilan trimester kedua dan pemeriksaan palpasi abdomen pada kehamilan
trimester ketiga. Dengan semakin meningkatnya usia kehamilan, terjadi pula
peningkatan frekuensi, lama dan intensitas kontraksi Braxton Hicks.
Mendekati usia kehamilan aterm, kontraksi ini menjadi lebih teratur dan reguler
sehingga disalah-artikan sebagai kontraksi persalinan. Persalinan palsu (false
labor) sangat erat kaitannya dengan kontraksi Braxton Hicks pada
kehamilan aterm.
Pembesaran
uterus yang disertai penipisan dindingnya juga memudahkan pemeriksa untuk
mengenali kehamilan secara lebih dini. Dari dinding yang padat dan kavum yang
sempit kemudian kapasitasnya berkembang hingga 500-1000 kali dari ukuran semula
dan penipisan dinding menjadi sekitar 5 mm mulai trimester kedua kehamilan
menyebabkan deteksi kehamilan menjadi lebih mudah dari periode sebelumnya. Hal ini
juga membuat denyut jantung janin dapat dideteksi melalui auskultasi dan gerak
janin (quickening) mulai dirasakan oleh ibu hamil. Pengembangan
kapasitas dan penipisan dinding uterus lebih cepat terjadi pada multipara
sehingga deteksi kehamilan dapat dilakukan lebih awal (satu hingga dua minggu)
dibandingkan dengan primigravida.
Jantung janin
mulai berdenyut sejak awal minggu keempat setelah fertilisasi tetapi baru pada
usia kehamilan 20 minggu bunyi jantung janin dapat di deteksi dengan fetoskop. Dengan
menggunakan teknik ultrasound atau sistem doppler, bunyi janyung janin dapat
dikenali lebih awal (12-20 minggu usia kehamilan). Bunyi jantung janin harus
dapat dibedakan dengan pulssi maternal, bising usus, gerakan janin dan bising
arteri uterina. Bising funikuli umumnya seirama dengan bunyi jantung janin.
Gerakan janin
juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu tetapi baru dapat dirasakan
oleh ibu pada usia kehamilan 16-20 minggu karena diusia kehamilan tersebut,
dinding uterus mulai menipis dan gerakan janin menjadi lebih kuat. Pada kondisi
tertentu, ibu hamil dapat merasakan gerakan halus hingga tendangan kaki bayi di
usia kehamilan 16-18 minggu (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Gerak
pertama bayi yang dapat dirasakan ibu disebut dengan quickening, yang
sering diartikan sebagai kesan kehidupan. Walaupun gerakan awal ini dapat
dikategorikan tanda pasti kehamilan dan estimasi usia kehamilan tetapi hal ini
sering dikelirukan dengan gerakan usus akibat perpindahan gas di dalam lumen
saluran cerna. Bagian-bagian tubuh bayi juga dapat dipalpasi dengan mudah mulai
usia kehamilan 20 minggu.
Fenomena
bandul atau pantulan balik yang disebut dengan ballottement juga
merupakan tanda adanya janin di dalam uterus. Hal ini dapat dikenali dengan
jalan menekan tubuh bayi melalui dinding abdomen yang kemudian terdorong
melalui cairan ketuban dan kemudian memantul balik ke dinding abdomen atau
tangan pemeriksa. Fenomena bandul jenis ini disebut dengan ballottement in
toto. Jenis lain dari fenomena bandul adalah ballottement kepala yaitu
hanya kepala bayi yang terdorong dan memantul kembali ke dinding uterus atau
tangan pemeriksa setelah memindahkan dan menerima tekanan balik cairan ketuban
(volume relatif lebih besar dibandingkan tubuh bayi) di dalam kavum uteri.
Asuhan Antenatal
Asuhan
antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk
optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan
pemantauan rutin selama kehamilan.
Ada 6 alasan penting
untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:
1. Membangun
rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
2.
Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
3. Memperoleh
informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
4.
Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi
5. Memberikan
pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan
6.
Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan
keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.
Jadwal kunjungan
asuhan antenatal
Hingga usia
kehamilan 28 minggu, kunjungan klinik untuk memperoleh asuhan antenatal
dilakukan setiap empat minggu. Untuk usia kehamilan 28-36 minggu, kunjungan
untuk asuhan antenal dilakukan setiap dua minggu. Pada usia kehamilan 36 minggu
keatas, kunjungan asuhan antenatal dilakukan setiap minggu sekali. Dalam bahasa
program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi kode angka K
yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap
adalah K1, K2, K3 dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan
antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama
kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia
kehamilan diatas 36 minggu.
Selama
melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan
serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya
kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan
kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran
kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan
anatomi dan fisiologi kehamilan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila
diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai
metoda yang tersedia.
Pemeriksaan Rutin dan
Penelusuran Penyulit Selama Kehamilan
Dalam
pemeriksaan rutin, dilakukan pula pencatatan data klien dan keluarganya serta
pemeriksaan fisik dan obstetrik seperti dibawah ini:
A. Identifikasi dan Riwayat Kesehatan
1. Data Umum Pribadi
• Nama
• Usia
• Alamat
• Pekerjaan Ibu/Suami
• Lamanya menikah
• Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan
2. Keluhan Saat ini
• Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu
• Lamanya mengalami gangguan tersebut
3. Riwayat Haid
• Hari Pertama haid Terakhir (HPHT)
• Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan (Rumus Naegele:
tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)
4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
• Asuhan antenatal, persalinan dan nifas kehamilan
sebelumnya
• Cara persalinan
• Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
• Berat badan lahir
• Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
• Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
5. Riwayat Kehamilan Saat Ini
• Identifikasi kehamilan
• Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi
dalam kehamilan)
• Penyakit lain yang diderita
• Gerakan bayi dalm kandungan
6. Riwayat Penyakit Pada Keluarga
• Diabetes Melitus, Hipertensi atau Hamil Kembar
• Kelainan Bawaan
7. Riwayat Penyakit Pada Ibu
• Penyakit yang pernah diderita
• DM, HDK, Infeksi Saluran Kemih
• Penyakit Jantung
• Infeksi Virus Berbahaya
• Alergi obat atau makanan tertentu
• Pernah mendapat transfusi darah dan indikasi tindakan
tersebut
• Inkompatibilitas Rhesus
• Paparan sinar X/Rontgen
8. Riwayat Penyakit Yang Memerlukan Tindakan Pembedahan
• Dilatasi dan Kuretase
• Reparasi Vagina
• Seksio Sesar
• Serviks Inkompeten
• Operasi non-ginekologi
9. Riwayat Mengikuti Program Keluarga Berencana
10. Riwayat Imunisasi
11. Riwayat Menyusui
B. Pemeriksaan
1. Keadaan Umum
• Tanda vital
• Pemeriksaan jantung dan paru
• Pemeriksaan payudara
• Kelainan otot dan rangka serta neurologik
2. Pemeriksaan Abdomen
• Inpeksi
• Bentuk dan ukuran abdomen
• Parut bekas operasi
• Tanda-tanda kehamilan
• Gerakan janin
• Varises atau pelebaran vena
• Hernia
• Edema
• Palpasi
• Tinggi fundus
• Punggung bayi
• Presentasi
• Sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas
panggul
• Auskultasi
• 10 minggu dengan doppler
• 20 minggu dengan fetoskop Pinard
C. Laboratorium
• Pemeriksaan
• Analisis urin
• Analisis tinja
• Analisis darah
• Hitung darah
• Gula darah
• Antigen Hepatitis B Virus
• Antibodi Rubella
• Ultrasonografi
Beberapa gejala dan
tanda bahaya selama kehamilan
Pada umumnya,
80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan yang
disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan
patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya
terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi
dini dari gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik
untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan maupun
keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta
sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilaklukan berbagai upaya
maksimal untuk mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan dan keselamatan
ibu maupun ayi yang dikandungnya.
Perdarahan
Perdarahan
pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnya disebabkan
oleh keguguran. Sekitar 10-12% kehamilan akan berakhir dengan keguguran yang
pada umunya (60-80%) disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditemui pada
spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama dan menimbulkan gejala perdarahan
pada kehamilan muda dan ukuran pembesaran uterus yang diatas normal, pada
umumnya disebabkan oleh mola hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan
uji kehamilan yang tidak jelas, pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih
kecil) dari usia kehamilan dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan oleh
kehamilan ektopik.
Perdarahan
pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada umunya disebabkan oleh
plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait dengan luas plasenta
dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi tempat implementasi plasenta
tersebut. Pada plasenta yang tipis dan menutupi sebagian besar plasenta maka
umumnya terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila segmen bawah rahim mulai
terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian terbawah janin maka
perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan yang dapat membahayakan keselamatan
ibu. Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan
perdarahan hebat tanpa didahului oleh perdsarahan bercak atau berulang
sebelumnya. Plasenta previa menjadi peyebab dari 25% kasus perdarahan
antepartum. Bila mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh
solusio plasenta (40%) atau vasa previa (5%) dari keseluruhan kasus perdarahan
antepartum.
Preeklampsia
Pada umumnya
ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai dengan peningkatan
tekanan darah diatas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data atau
informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis (yang sudah ada
sebelumnya) dengan preeklampsia. Gejala dan tanda lain dari preeklampsia adalah
sebagai berikut:
• Hiperrefleksia (iritabilitas susunan syaraf pusat)
• Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital)
yang tidak membaik dengan pengobatan umum
• Gangguan pengelihatan seperti pandangan kabur,
skotomata, silau atau berkunang-kunang
• Nyeri epigastrik
• Oliguria (luaran kurang kurang dari 500 mL/24 jam)
• Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diatolik 10-20
mmHg diatas normal
• Proteinuria (diatas positif 3)
• Edema menyeluruh
Nyeri hebat di daerah
abdominopelvikum
Bila hal
tersebut diatas terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga dan disertai
dengan riwayat dan tanda-tanda dibawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada
solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan (revealed)
atau tersembunyi (occult):
• Trauma abdomen
• Preeklampsia
• Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
• Bagian-bagian janin sulit diraba
• Uterus tegang dan nyeri
• Janin mati dalam rahim
Gejala dan tanda lain
yang harus diwaspadai
Beberapa
gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan
adalah:
• Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan
• Disuria
• Menggigil atau demam
• Ketuban Pecah Dini atau Sebelum Waktunya
• Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
yang sesungguhnya
Kunjungan Berkala
Asuhan Antenatal
Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara
berkala dan teratur. Hal ini dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi
petugas kesehatan untuk mengenali secara dini berbagai penyulit atau gangguan
kesehatan yang terjadi pada ibu hamil. Beberapa penyakit atau penyulit tidak
segera timbul bersamaan dengan terjadinya kehamilan (misalnya, hipertensi dalam
kehamilan) atau baru akan menampakkan gejala pada usia kehamilan tertentu
(misalnya, perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa). Selain
itu, upaya memberdayakan ibu hamil dan keluarganya tentang proses kehamilan dan
masalahnya melalui penyuluhan atau konseling dapat berjalan efektif apabila
tersedia cukup waktu untuk melaksanakan pendidikan kesehatan yang diperlukan.
Dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan pencatatan :
• Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil
• Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
o Umum
Tekanan darah
Respirasi
Nadi
Temperatur tubuh
o Abdomen
Tinggi fundus uteri
Letak bayi
Presentasi bayi
Denyut jantung bayi
o Pemeriksaan tambahan
Proteinuria
Glukosuria
Keton
• Menilai Kesejahteraan Janin
o Untuk menilai kesejahteraan janin dalam rahim dapat
dilakukan berbagai jenis pemeriksaan atau pengumpulan informasi, baik yang
diperoleh dari ibu hamil maupun pemeriksaan oleh petugas kesehatan. Pemeriksaan
yang memerlukan peralatan canggih umumnya dilakukan dengan peralatan pencatat
denyut jantung janin (kardiotokografi) dan peralatan ultrasonografi yang
disebut dengan pemeriksaan profil biofisik janin (biophysic profile).
Berbagai jenis pemeriksaan tersebut adalah:
Pengukuran tinggi fundus uteri yang akan
disesuaikan dengan usia kehamilan saat pemeriksaan dilakukan
Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12
jam)
Gerakan janin
Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48
jam dikaitkan dengan hipoksia berat atau janin meninggal dalam rahim
Denyut jantung janin
Ultrasonografi
o Bila usia kehamilan memasuki 37 minggu, selain
pemeriksaan diatas, juga dilakukan pula pemeriksaan tentang:
Penilaian besar janin, letak dan presentasi
Penilaian luas panggul
Edukasi kesehatan bagi
ibu hamil
Tidak semua
ibu hamil dan keluarganya mendapat pendidikan dan konseling kesehatan yang
memadai tentang kesehatan reproduksi, terutama tentang kehamilan dan upaya
untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat dan berkualitas. Kunjungan antenatal
memberi kesempatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan informasi kesehatan
esensial bagi ibu hamil dan keluarganya. Beberapa informasi penting tersebut
adalah :
Nutrisi yang adekuat
Kalori
Jumlah kalori
yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2500 kalori.
Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan kecukupan
kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang
dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih
dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak
melebihi 10-12 kg selama hamil.
Protein
Jumlah protein
yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari. Sumber protein tersebut
dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam,
keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur,
anemia dan edema.
Kalsium
Kebutuhan
kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium
yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat.
Defisiensi kalsium dapat menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada
ibu.
Zat besi
Metabolisme
yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang
diperoleh dari pengikatan dan pengantaran melalui hemoglobin di dalam sel-sel
darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan
asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari. Zat besi yang
diberikan dapat berupa ferfous gluconate, ferrous fumarate atau ferrous
sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia
defisiensi zat besi.
Asam folat
Selain zat
besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel.
Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari.
Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.
Perawatan payudara
Payudara perlu
dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat segera berfungsi dengan
baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan
membuka duktus dan sinus lateferus sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan
benar karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim
sehingga terjadi kondisi seperti pada uji kesejahteraan janin menggunakan
uterotonika. Basuhan lembut setiap hari pada areola dan puting susu akan dapat
mengurangi retak dan lecet pada area tersebut. Untuk sekresi yang mengering
pada puting susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan campuran gliserin dan
alkohol. Karena payudara menegang, sensitif dan menjadi lebih berat maka
sebaiknya gunakan penopang payudara yang sesuai (brassiere).
Perawatan gigi
Paling tidak
dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu pada trimester
pertama dan ketiga. Penjadwalan untuk trimester pertama terkait dengan
hiperemesis dan ptyalisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga kebersihan
rongga mulut haruis selalu terjaga. Sedangkan pada trimester ketiga, terkait
dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu
diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil.
Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat
rentan terhadap terjadinya carries dan ginggivitis.
Kebersihan tubuh dan
pakaian
Kebersihan
tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomi pada perut, area
genitalia/lipat paha dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi
lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan
pancuran atau gayung pada saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub
dan melakukan vaginal douche. Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan nyaman
dan hindarkan sepatu bertongkat tinggi (high heels) dan alas kaki yang keras
(tidak elastis) serta korset penahan perut. Lakukan gerak tubuh ringan,
misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari. Jangan melakukan pekerjaan
rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang dapat menimbulkan
kelelahan yang berlebihan. Beristirahan cukup, minimal 8 jam pada malam hari
dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan untuk melakukan kebiasaan untuk
merokok selama hamil karena dapat menimbulkan vasospasme yang berakibat pada
anoksia bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kelainan kongenital
dan solusio plasenta.
Rujukan
1. Schramm, W. F. Weighing cost and benefits of adequate
prenatal care. Public Health Report, 107(6), 647-652
2. Baltzer, F.R., et al. Landmarks during the first
forty-two days of gestation demonstrated by the B-sub-unit of human chorionic
gonadotropin and ultrasound. Am. J. Obstet. Gynecol. 146(8):973-979, 1983
3. Moore, K. L. The Developing Human: Clinically Oriented
Embryology, 5th ed. Philadelphia: WB Saunders, 1993
4. Speroff, L., et al. Clinical Gynecologic Endocrinology
and Infertility. Baltimore: Williams and Wilkins, 1994
5. Blackburn, S. T. And Loper, D. L. Maternal, Fetal, and
Neonatal Physiology: A clinical Perspective. Philadelphia: W.B. Saunders, 1992
6. Cunningham, F.G., et al. Williams Obstetrics, 20th ed.
Norwalk, CT: Appleton & Lange, 2002
7. Frederich, M. A. Psychological changes during
pregnancy. Contemporaro OB/GYN 27, Sept. 1977
8. Stephenson, J. N. Pregnancy testing and counseling.
Ped. Clin. North Am. 36(3): 681-696, 1989
9. Jadad, A. R. And Gagliardi, A. Rating health
information on the internet: navigating to knowledge or to Babel? JAMA, 279,
611-614
10. Olse, S. F., et al. A randomized controledl trial of
effect of fish oil supplementation on pregnancy duration. Lancet, 339,
1003-1007, 1992
11. Onwude, J. L., et al. A randomized double blind
placebo controlled trial of fish oil in high risk pregnancy. Br. J. Obstet.
Gynecol. 102, 95-100, 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar