Minggu, 04 Agustus 2013

ATRESIA ANI

BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A.      Definisi Atresia Ani
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya. (Betz. Ed 3 tahun 2002)
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia berasal dari bahasa Yunani, “a” artinya tidak ada, “trepis” artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani.
Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya



Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu:
1.    Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus
2.    Membran anus yang menetap
3.    Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum
4.    Lubang anus yang terpisah dengan ujung

B.       Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1.    Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
2.    Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
3.    Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

C.      Patofisiologi
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
1.    Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2.    Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
3.    Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan.
4.    Berkaitan dengan sindrom down.
5.    Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
Terdapat tiga macam atresia ani berdasarkan letaknya :
1.        Tinggi (supralevator), yaitu rektum berakhir di atas m. levator ani (m. puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
2.        Intermediate, yaitu rectum terletak pada m. levator ani tapi tidak menembusnya.
3.        Rendah, yaitu rectum berakhir di bawah m. levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm.

Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum. Sedangkan, pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius.

D.      Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinik dari atresia ani adalah, sebagai berikut :
1.        Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2.        Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3.        Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4.        Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
5.        Bayi muntah-muntah dengan muntah berwarna hijau pada umur 24-48 jam.
6.        Pada pemeriksaan rectal toucher terdapat adanya membran anal.
7.        Perut kembung.
(Betz. Ed 7. 2002)

E.       Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani, antara lain :
1.        Asidosis hiperkioremia.
2.        Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
3.        Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4.        Komplikasi jangka panjang.
a.         Eversi mukosa anal, dan
b.         stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis).
5.        Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
6.        Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
7.        Prolaps mukosa anorektal.
8.        Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi).
(Ngustiyah, 1997 : 248)

F.       Diagnostik
Atresia ani dapat dijadikan diagnosa, jika didapatkan hal-hal sebagai berikut :
1.        Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir.
2.        Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula.
3.        Bila ada fistula pada perineum (terdapat mekonium) kemungkinan letak rendah.
Untuk menegakkan diagnosis atresia ani adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan perineum yang teliti.

G.      Klasifikasi
Adapun klasifikasi atresia ani adalah, sebagai berikut:
1.        Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2.        Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3.        Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
4.        Rektal atresia adalah tidak memiliki rektum.
(Wong, Whaley. 1985).

H.      Penatalaksanaan Medis
Terdapat tiga cara penatalaksanaan untuk kasus atresia ani, yaitu pembedahan, pengobatan dan keperawatan.
1.        Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapel
2.        Pengobatan
a.         Aksisi membran anal (membuat anus buatan), dan
b.         fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen).
3.        Keperawatan
Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi serta memperhatikan kesehatan bayi.

(Staf Pengajar FKUI. 205)

I.         Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam kasus atresia ani, yaitu :
1.        Pemeriksaan Rektal Digital dan Visual, adalah pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada gangguan ini.
2.        Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.
3.        Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice), dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
4.        Ultrasound, dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
5.        Aspirasi jarum, untuk mendeteksi kantong rektal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm, Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
6.        Pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan, hal-hal sebagai berikut :
a.         Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
b.         Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c.         Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.




BAB II
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR 1 HARI
POSTPARTUM PADA BY.”D” DENGAN ATRESIA ANI DI
BPS BUNDA JAKARTA PADA TANGGAL
21 FEBRUARI 2008

A.      DATA SUBJEKTIF

1.        Identitas
Bayi
Nama                        :    By. “D”
Tanggal/Jam Lahir    :    20 Februari 2008/pukul 20.08 WIB
Jenis Kelamin           :    Perempuan

Orang Tua
Ayah
Ibu
Nama Umur
Suku/Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tn.”F”
Indonesia
Protestan
S1 Teknik Elektro
Pegawai BUMN
Jakarta
Ny.”V”
Indonesia
Protestan
S1 Biologi
Guru
Jakarta

2. Keluhan Utama    :  Bayi tidak BAB selama 1 hari karena tidak ada anus

3. Riwayat Prenatal
a.    Kehamilan ke                                                        :    I
b.    Tempat ANC                                                        :    bidan
c.    Imunisasi TT                                                         :    lengkap
d.   Penerimaan Ibu/Keluarga Terhadap kehamilan    :    baik
e.    Masalah saat hamil                                                :    mual, muntah
4.    Riwayat IntraNatal
  1. Persalinan ke                                                   :           I
  2. Tempat dan penolong persalinan                    :           BPS Bunda/Bidan
  3. Masalah saat persalinan                                   :           -
  4. Cara Persalinan                                               :           Pervaginam


5.    Keadaan bayi saat lahir
Segera menangis/tidak                       :       Ya
BB lahir/PB Lahir                              :    3200  Gram/  49  Cm

6.    Riwayat Kesehatan
Bayi              :         -
Keluarga       :         -

7.    Status Imunisasi
Jenis Imunisasi
Umur Diberikan
Tempat Pelayanan
Hepatitis B 1
Hepatitis B 2
Hepatitis B3
BCG
Polio 1
Polio 2
Polio 3
DPT 1
DPT 2
DPT 3
Campak
Vit K
Sudah diberikan
Belum diberikan
Belum diberikan
Sudah diberikan
Belum diberikan
Belum diberikan
Belum diberikan
Belum diberikan
Belum diberikan
Belum diberikan
Belum diberikan
Sudah diberikan
BPS Bunda


BPS Bunda







BPS Bunda
8.    Data Kebutuhan Biologis
·         Kebutuhan Nutrisi
Jenis Makanan dan Minuman :           ASI    
Frekuensi                                 :           12 x/24 jam

·         Kebutuhan Eliminasi
BAB
Frekuensi         :           -
Warna              :           -
Konsistensi      :           -
Masalah           :           tidak ada BAB
BAK
Frekuensi         :           6 x/24 jam
Warna              :           jernih
Masalah           :           -

9.    Kebutuhan Personal Hygiene
Frekuensi Mandi                            :           2 x/24 jam
Frekuensi Ganti pakaian                 :           2 x/24 jam
Penggunaan popok anti tembus     :           -

10.    Data Psikososial dan Spiritual Orang Tua/Keluarga
a.  Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi              :           senang
b.  Tanggapan keluarga terhadap keadaan bayi               :           cemas
c.  Pengambil keputusan dalam keluarga                         :           orang tua bayi
d.  Pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi           :           cukup tahu

B.        DATA OBJEKTIF
1.        Pemeriksaan umum
a.    Keadaan umum           :           Baik
b.    Tanda Vital
·      Detak Jantung        :           133 x/24 jam
·      Napas                      :           44 x/menit
·      Suhu                       :           37,2o C

2.        Pemeriksaan Antropometri
1.    BB                               :           3200   gram
2.    PB                               :           49       cm
3.    Lingkar dada               :           33       cm
4.    LILA                           :           11       cm
3.    Pemeriksaan Khusus
1.         Kepala                       :  cephalhematom (-), kaputsuksedaneum (-)
2.         Muka                         :  oedem (-)
3.         Mata                          :  simetris, pergerakan normal
4.         Telinga                      :  simetris, daun telinga (+), lubang telinga (+)
5.         Hidung                      :  atresia koana (-)
6.         Mulut                                    :  labioskizis/labiopalatoskizis (-)
7.         Leher                         :  pembengkakan (-)
8.         Dada/mamae             :  papilla simetris
9.         Perut                         :  bulat, sedikit membuncit, infeksi umbilicus (-)
10.     Tungkai/tangan         :  pergerakan aktif, polidaktili/sidaktili (-)     
11.     Genetalia                   :  labia mayora menutupi labia minora
12.     Anus                         :  tidak ada
4.     Pemeriksaan Refkeks Primitif
1.      Refleks Moro                         :   +
2.      Refleks Rooting                     :   +
3.      Refleks Mengenggam            :   +
4.      Repleks Sucking                    :   +
5.      Repleks Tonick Neck             :   +
5.    Pemeriksaan Perkembangan Bayi
1.      Kemampuan Bahasa Bayi      :     -
2.      Kemampuan Motorik Halus   :     -
3.      Kemampuan Motorik Kasar   :     -
4.      Adaptasi Sosial                      :     -
6.    Pemeriksaan Penunjang
1.    Laboratorium  :     -
2.    Rontgent         :     -
3.    CT Scan          :     -

4.    USG                :     -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar