Kamis, 22 Agustus 2013
Rabu, 21 Agustus 2013
Kamis, 15 Agustus 2013
Dampak Anemia Dan Kekurangan Energi Kronik pada Bumil
Kondisi
anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil mempunyai dampak
kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan
risiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran premature dan
kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Hasil survey menunjukkan bahwa
prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 persen,dan pada
ibu nifas 45 persen. Sedangkan prevalensi wanita usia subur (WUS) menderita KEK
pada tahun 2002 adalah 17,6 persen. Tidak jarang kondisi anemia dan KEK pada
ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan
infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu.
Malnutrisi
bukan hanya melemahkan fisik dan membahayakan jiwa ibu, tetapi juga mengancam
keselamatan janin. Ibu yang bersikeras hamil dengan status gizi buruk, berisiko
melahirkan bayi berat badan lahir rendah 2-3 kali lebih besar dibandingkan ibu
dengan status gizi baik, disamping kemungkinan bayi mati sebesar 1.5 kali.
Salah
satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur (WUS) umur 15-49 tahun
adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil pengukuran
ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa
besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR. Indikator
Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan standar LILA <23,5cm. Dari hasil
survei BPS tahun 2000-2005 gambaran risiko KEK yang diukur berdasarkan LILA
menurut kelompok umur menunjukkan bahwa persentase wanita usia subur dengan LILA
< 23.5 cm (berisiko KEK) umur 15-49 tahun rata-rata adalah 15.49.
Penelitian
Saraswati dan Sumarno (1998) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kadar Hb <10
g/dl mempunyai risiko 2.25 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar Hb di atas 10 g/dl , dimana ibu
hamil yang menderita anemia berat mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR
4.2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tdak anemia berat.
Informasi
yang dikumpulkan oleh Sub Commitee on Nutrition WHO menunjukkan bahwa paling
sedikit satu diantara dua kematian ibu di negara sedang berkembang adalah
akibat anemia gizi besi. Suatu studi di Indonesia pada 12 rumah sakit
pendidikan pada akhir tahun 1970 melaporkan bahwa angka kematian ibu di
kalangan penderita anemia adalah 3.5 kali lebih besar dibandingkan dengan
golongan ibu yang tidak anemia. Apabila kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%,
risiko kematian maternal meningkat sekitar delapan kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita tidak anemia.
Disparitas
kematian ibu antar wilayah di Indonesia masih cukup besar dan masih relatif
lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN misalnya
resiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65,
dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand. Pada tahun 2002 angka kematian
ibu (AKI) di Indonesia angka 307 per 100.000 kelahiran hidup. Dari lima juta
kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu
meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan.
Tingkat
kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan
negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3
kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand.
Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu
sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi
yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi
pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu
sebesar 38,85%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah
kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan
nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah
lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian
perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari
golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005 adalah
disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09%.
Terbebas
dari kelaparan dan malnutrisi sekaligus mendapat nutrisi yang baik adalah hak
asasi manusia. Malnutrisi membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit dan
kematian dini. Dengan kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG untuk
menurunkan AKI dan AKB akan sulit bisa terwujud kecuali apabila dilakukan upaya
yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.
Selasa, 13 Agustus 2013
MEMBERITAHU BUMIL UNTUK BERSALIN DENGAN NAKES (KADER)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukkan masih
rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Delapan puluh persen (80%) persalinan
di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun
di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh
masyarakat.
Masyarakat masih mempercayakan pertolongan persalinan oleh
dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun dianggap murah dan dukun tetap
memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan
memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun,
pemerintah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan.
Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun.
Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu
hamil, bayi, dan balita maka semua persalinan yang ditangani oleh dukun bayi
harus beralih ditangani oleh bidan. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan
adat dan kebiasaan setempat dengan menjalin hubungan antara dukun dan bidan,
tetapi kemitraan yang berjalan saat ini masih dalam batas pemaknaan transfer
ilmu pengetahuan, serta masih dalam bentuk pembinaan cara-cara persalinan yang
higienis kepada dukun bayi.
Selain kemitraan dengan dukun, pengetahuan ibu akan
pentingnya bersalin dengan ditolong oleh tenaga kesehatan juga perlu
ditingkatkan, karena pengetahuan ibu juga akan berpengaruh terhadap . Hal ini
lah yang harus diupayakan oleh tenaga kesehatan untuk mencegah risiko komplikasi
jika ibu ditangani tidak sesuai dengan standar asuhan untuk ibu bersalin. Oleh
sebab itu, penulis bersedia membahas tentang pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan (promosi bidan siaga).
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. “Apa yang
dimaksud dengan kader?”
2. “Apa saja
peran dan fungsi kader?”
3. “Bagaimana
cara pembentukan kader?”
4. “Bagaimana
strategi untuk menjaga partisipasi kader?”
5. “Bagaimana
cara kader dalam memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan?”
C.
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara kader dalam
memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan
makalah ini adalah diketahuinya :
a. pengertian
kader,
b. peran
fungsi kader,
c. pembentukan
kader,
d. strategi
menjaga partisipasi kader, dan
D.
Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagi Dinas Kesehatan
Makalah
ini bisa dijadikan sebagai masukan yang dapat digunakan untuk evaluasi dan
sebagai tindak lanjut dalam pelayanan kebidanan pada ibu hamil sehingga
pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Bagi
Institusi
Makalah
ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan
dapat dijadikan sebagai buku sumber untuk kepustakaan institusi, terutama untuk
mata kuliah Askeb V dan mata kuliah yang terkait.
3.
Bagi Mahasiswa
Makalah
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pelayanan
kebidanan yang diberikan serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama
mengikuti perkuliahan.
4.
Bagi Masyarakat
Makalah
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat, sehingga masyarakat mampu
memahami dan membawa ibu hamil di keluarganya untuk bersalin dengan tenaag
kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang
dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat
dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat
dengan masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk
kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka
kematian ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki
latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk
membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat
setempat serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan.
Diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para
pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja
penuh atau paruh waktu dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka
tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau
oleh Puskesmas. Namun, ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah
atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.
B. Peran
Fungsi Kader
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan
masyarakat:
1. Perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Pengamatan terhadap masalah
kesehatan di desa.
3. Upaya penyehatan dilingkungan.
4. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan
balita.
5. Memasyarakatan keluarga sadar gizi.
Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya melaksanakan
tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya di
beberapa negara yaitu :
1. Pertolongan pertama pada kecelakaan
dan penanganan penyakit yang ringan.
2. Melaksanakan pengobatan yang
sederhana.
3. Pemberian motivasi dan saran-saran
pada ibu-ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
5. Pemberian motivasi dan saran-saran
tentang perawatan anak
6. Memberikan motivasi dan peragaan
tentang gizi
7. Program penimbangan balita dan
pemberian makanan tambahan
8. Pemberian motivasi tentang imunisasi
dan bantuan pengobatan
9. Melakukan penyuntikan imunisasi
12. Pemberian motivasi tentang sanitasi
lingkungan,kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat secara umum.
13. Pemberian motivasi tentang penyakit
menular,pencegahan dan perujukan.
14. Pemberian motivasi tentangperlunya
fall up pada penyakit menular dan perlunya memastikan diagnosis.
15. Penenganan penyakit menular.
16. Membantu kegiatan di klinik.
17. Merujuk penderita kepuskesmas atau
ke rs
18. Membina kegiatan uks secara teratur
19. Mengumpulkan data yang dibutuhkan
oleh puskesmas membantu pencatatan dan pelaporan.
C. Pembentukan
Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal
ini disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan
pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader di desa
yang telah ditetapkan. Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan persiapan tingkat
desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk
terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan
berjumlah 4-5 orang untuk tiap Posyandu.
Persiapan dari pelatihan kader ini adalah :
1. Calon kader yang akan dilatih.
2. Waktu pelatihan sesuai kesepakatan
bersama.
3. Tempat pelatihan yang bersih,
terang, segar dan cukup luas.
4. Adanya perlengkapan yang memadai.
5. Pendanaan yang cukup.
6. Adanya tempat praktik (lahan praktik
bagi kader).
Tim pelatihan kader melibatkan dari
beberapa sector. Camat otomatis bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun
secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah
staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah tanaga
kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector
lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan.
Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan
peran, penugasan, dan praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:
1. Pengantar tentang posyandu.
2. Persiapan posyandu.
3. Kesehatan ibu dan anak.
4. Keluarga berencana.
5. Imunisasi.
6. Gizi.
7. Penangulangan diare.
8. Pencatatan dan pelaporan.
D. Strategi Menjaga
Partisipasi Kader
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi
agar mereka dapat selalu berpartisipasi membantu masyarakat di bidang kesehatan.
1. Refresing kader posyandu pada saat
posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa maupun petugas lintas sector
yang mengikuti kegiatan posyandu
2. Adanya perubahan kader posyandu tiap
desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir disetiap
posyandu
3. Revitalisasi kader posyandu baik
tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader di undang dan diberikan
penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4. Pemberian rewards rutin misalnya
berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk kader dan keluarganya dan juga dalam
bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun
Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan
pembinaan atau pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah
yang dihadapinya.
Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama
6-8 minggu atau bahkan lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran
serta masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader
adalah :
3. Penyuluhan
gzi dan keluarga berencana
4. Pencatatan
kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi
tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan sayang
ibu.
Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam
menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk
melakukan transaksi atau pertukaran produk barang atau jasa yang dipasarkannya.
Bidan
adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kodifikasi dan diberi izin untuk
menjalankan praktek kebidanan wilayah itu.
Bidan
siaga adalah seorang bidan yang telah dipercaya dan diberi
kepercayaan yang lebih dari pemerintah/ negara untuk membantu masyarakat.
Promosi Bidan Siaga merupakan salah satu cara untuk
melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan dengan dukun
bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan
dapat memberikan imbalan jasa yang sesuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil
untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat dilibatkan dalam perawatan
Bayi Baru Lahir (BBL).
Apabila cara tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka
dengan kesadaran, dukun akan memberitahukan ibu hamil untuk melakukan
persalinan di tenaga kesehatan ( bidan ). Ibu dan bayi selamat, derajat
kesehatan ibu dan bayi diwilayah tersebut semakin meningkat.
Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi tentang perran
kader adalah dalam daur kehidupan wanita dari mulai kehamilan sampai dengan masa perawatan bayi.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan persalinan adalah sebagai berikut :
4. Jika ibu bersalin dirumah, suami
atau keluarga perlu menyiapkan terang, tempat tidur dengan alas kain yang
bersih, air bersih dan sabun untuk cuci tangan, handuk kain, pakaian kain yang
bersih dan kering dan pakaian ganti ibu.
5. Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader
dalam deteksi dini tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
6. Perdarahan (hamil muda dan hamil
tua).
7. Bengkak di kaki, tangan, wajah, atau
sakit kepala kadang disertai kejang.
8. Demam tinggi.
9. Keluar air ketuban sebeleum waktunya.
10. Bayi dalam kandungan gerakannya
berkurang atau tidak bergerak.
11. Ibu muntah terus dan tidak mau makan.
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu
dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk kerja sama
dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sesuai
apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi
dapat dilibatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat
dilakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitahukan ibu
hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat,
derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.
Sehubungan dengan telah dimulainya program desa siaga dan di
tempatkannya bidan desa, maka beberapa daerah sudah tidak membuka adanya dukun
baru. Namun demikian sebagai bahan pengetahuan, dukun yang telah ada pada
awalnya mereka terlebih dahulu mendapatkan pelatihan dukun bayi.
Adapun kurikulum pelatihan dukun bayi, adalah :
1. Melaksanakan perawatan kehamilan
a. Dukun dapat melaksanakan motivasi
ibu hamil untuk :
1) Periksa diri kebidan desa/ dokter
atau fasilitas kesehatan terdekat.
2) Mendapat TT pada ibu hamil.
3) Meminum tablet zat besi.
b. Dukun dapat menyebutkan tanda –
tanda hamil muda dan tua.
c. Dukun dapat melaksanakan anamnesis.
d. Dukun dapat melaksanakan periksa
pandang kehamilan.
e. Dukun mampu melaksanakan periksa
raba untuk menentukan usia kehamilan dan letak janin.
f. Dukun dapat melaksanakan perawatan
payudara dan melaksanakan motivasi tentang pemberian asi sedini mungkin.
g. Dukun mampu menebutkan tanda – tanda
kehamilan dengan resiko dan merujuknya ke Puskesmas
h. Dukun mampu melaksanakan rujukan ke
Puskesmas.
i.
Dukun mampu melakukan motivasi KB menuju keluarga
berkualitas.
j.
Dukun dapat melaksanakan pembagian tablet zat besi pada ibu
hamil.
k. Dukun dapat memberikan nasehat
tentang makanan bergizi.
2. Mempersiapkan pertolomgan persalinan
a. Dukun dapat menyebutkan tanda –
tanda persalinan normal.
b. Dukun dapat mempersiapkan lingkungan
ibu bersih dengan benar termasuk dengan kebutuhan untuk ibu dan bayi.
c. Dukun dapat mempersiapkan alat –
alat persalinan sederhana secara bersih.
d. Dukun mampu mencuci tangan sebatas
siku dengan sempurna.
e. Memimpin persalinan dengan tehnik
sederhana.
f. Dukun dapat membimbing ibu dalam
mengejan.
g. Dukun mampu merawat tali pusat.
h. Dukun dapat menjelaskan tanda –
tanda plasenta dan memeriksa kelengkapan plasenta.
i.
Dukun dapat menyebutkan tindakan – tindakan yang dilarang.
j.
Dukun dapat melaksanakan rujukan.
k. Dukun mampu melaksanakan pencatatan
persalinan yang baru ditolong.
l.
Dukun mampu membagi vitamin A kepada ibu sesudah persalinan.
3. Merawat bayi baru lahir
a. Dukun melaksanakan pembersihan mata,
mulut dan hidung bayi.
b. Dukun mampu memotong dan merawat
tali pusat.
c. Dukun mampu memandikan bayi dengan
benar.
d. Dukun mampu menyebutkan tanda –
tanda kelainan pada bayi.
e. Dukun dapat memberikan nasehat
agar ibu menyusui bayi sedini mungkin.
f. Dukun mampu memotivasi ibu untuk
memeriksakan bayinya dan mendapatkan imunisasi dasar.
4. Merawat bayi premature
a. Dukun mampu melaksanakan perawatan
bayi prematur dengan berat badan lebih dari 2 kg dan aktif.
b. Merawat ibu nifas dan ibu menyusui.
c. Dukun mampu melaksanakan perawatan
premium, dukun dapat merawat payudara.
d. Dukun dapat mengenal kelainan nifas.
e. Dukun dapat melakukan motivasi KB.
5. Melaksanakan penyuluhan kesehatan
kepada ibu hamil / bersalin dan nifas
6. Melaksanakan penyuluhan tentang
a. Makanan bergizi untuk ibu hamil,
bayi dan anak balita
b. Imunisasi
c. KB
d. Pentingnya ASI
e. Hygiene perorangan
7. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
Dukun
dapat melaksanakan pencatatan dan pelaporan persalinan kematian ibu dan bayi.
8. Dukun dapat mengirimkan laporan
persalinan
9. Dukun dapat membantu pendataan ibu
hamil dan bayi
10. Melaksanakan rujukan
11. Dukun dapat melaksanakan rujukan
penderita resiko tinggi pada ibu hamil, bersalin, bayi dan anak
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari penjelasan makalah
ini adalah dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin, kader
sangat berperan penting untuk mengingatkan, memberitahukan, dan membimbing
ibu-ibu hamil di sekitarnya untuk bersalin dengan tenaga kesehatan.
B.
Saran
Dalam
proses pengumpulan bahan, penyusunan, dan penulisan makalah ini, tim penulis
tidak terlepas dari kesalahan. Oleh karena itu, tim penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pihak pembaca demi kesempurnaan makalah ini di masa yang
akan datang.
Langganan:
Komentar (Atom)

