Jumat, 01 November 2013

EPIDEMIOLOGI CAMPAK

CAMPAK
BAB I. RESUME
Campak dalam bahasa latin dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola, yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris.
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis ( peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak yaitu virus rubeola golongan Paramyxovirus dari pada genus Morbillivirus. Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (airborne disease). Kemungkinan 90% bahwa orang lain akan terpengaruh atau terkena penyakit ini selama mereka belum divaksinasi atau belum memperoleh kekebalan dari campak.
Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak pra sekolah dan anak-anak SD, meskipun tidak menutup kemungkinan menyerang orang dewasa yang belum pernah terkena penyakit ini. Jika orang yang sudah terkena penyakit ini, makan sepanjang hidupnya tidak akan terkena penyakit campak ini lagi. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-12 hari sebelum gejala muncul, 14 hari hingga ruam muncul. Imunisasi (MMR) pada usia 12 bulan dan 4 tahun. Orang yang dekat dan tidak mempunyai kekebalan seharusnya tidak menghadiri sekolah atau bekerja selama 14 hari.

BAB II. PENDAHULUAN
II.A  Data kasus penyakit menular, dunia, sumsel dan Palembang
            Indonesia pada saat ini berada pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan kejadian luar biasa (KLB). Tingkat penularan infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan KLB. Jumlah kasus campak menurun pada semua golongan umur di Indonesia terutama anak-anak di bawah lima tahun pada tahun 1999 s/d 2001, namun setelah itu insidence rate tetap, dengan kejadian pada kelompok umur < 1 tahun dan 1-4 tahun selalu tinggi daripada kelompok umur lainnya. Pada umumnya- KLB yang terjadi di beberapa provinsi menunjukkan kasus tertinggi selalu pada golongan umur 1-4 tahun (Depkes, 2006).
Pada tahun 2005 terdapat 345.000 kematian di dunia akibat penyakit campak dan sekitar 311.000 kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun. Pada tahun 2006 terdapat 242.000 kematian karena campak atau 27 kematian terjadi setiap jamnya (WHO, 2007). Kematian campak yang meliputi seluruh dunia pada tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000 hingga 267.000 kematian dimana 177.000 kematian terjadi pada anak-anak usia dibawah lima tahun. Lebih dari 95% kematian campak terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dengan infrastruktur kesehatan lemah (WHO, 2008). Hal ini sangat disayangkan meningat campak adalah salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan (PD3I).

Berdasarkan data dari Depkes tahun 2003, di Provinsi Bali terdapat 32,5 per 100.000 balita/tahun, dan di Jawa Barat terdapat 45 per 100.000 balita/tahun. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumsel pada tahun 2005 terdapat 2.189 penyakit Campak , yaitu  42,5% di antaranya terjadi pada anak usia balita.
II.B Urgensi
Penyakit campak kini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini tersebar luas diseluruh dunia tidak dipengaruhi oleh iklim, ras dan kebangsaan maupun status ekonomi dan sosial. Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi di negara dengan empat musim dengan puncak kasus terjadi pada bulan Maret dan April. Lain halnya dengan di negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus menginfeksi populasi yang belum mendapatkan kekebalan atau vaksinasi maka 90-100% akan menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis.
Khususnya di Indonesia, secara nasional selama tahun 2004 frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak menempati urutan kedua setelah DBD. KLB Campak Tahun 2004 terjadi sebanyak 97 kali dengan jumlah kasus sebanyak 2.818 dan 44 kematian atau CFR 1,56%. Tingkat penularan infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan KLB. Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap penyakit campak adalah pengetahuan para ibu yang rendah terhadap penyakit campak. Mereka menganggap bahwa penyakit campak sama dengan penyakit cacar air sedangkan jika ada anak yang menderita campak harus segera mendapat pengobatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang dapat mengakibatkan kematian. Insiden campak menurun secara drasmatis sejak diperkenalkannya vaksin campak pada tahun 1985.

BAB III. ISI
III.A.    Triad Epidemiologi
        Agen
               Penyakit ini disebabkan oleh virus campak yaitu virus rubella golongan Paramyxovirus dari pada genus Morbillivirus. Virus rubella adalah virus RNA beruntai tunggal yang hanya menginfeksi manusia, dimana virus campak ini tidak aktif oleh panas, cahaya, PH asam, eter, dan tripsin (enzim). Ukuran virus ini yaitu 140 milimikron, berdiameter 150-100 mikrometer, usia paruhnya sekitar 2 jam pada suhu 37 derajat celcius. Waktu kelangsungan hidup virus ini pun singkat di udara, permukaan, dan pada benda.
                 Virus ini menyerang anak-anak, dewasa, bahkan ibu hamil. Virus rubella ini dapat menyerang bagian saraf dan otak yang kemudian menyerang kulit ditandai dengan timbulnya bercak merah. Virus campak biasanya timbul di sel-sel yang melapisi bagian belakang tenggorokan dan paru-paru.


Gambar virus campak Golongan Paramyxovirus

Host (Pejamu)
                        Sidang CDC / PAHO / WHO menyimpulkan bahwa host atau pejamu penyakit ini adalah manusia. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak pra sekolah dan anak-anak SD, meskipun tidak menutup kemungkinan menyerang orang dewasa yang belum pernah terkena penyakit ini. Jika orang yang sudah terkena penyakit ini, makan sepanjang hidupnya tidak akan terkena penyakit campak ini lagi. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.


 
I.                    Gambar Wajah dan tubuh anak terkena campak hari ketiga ruam.


                        Beberapa faktor host yang dapat meningkatkan resiko penyakit campak antara lain :
·            Umur
Kasus campak di Negara industry terjadi pada anak usia 4-6 tahun ataupun usia sekolah dasar dan pada anak dengan usia yang lebih muda di Negara berkembang. Cakupan imunisasi yang intensif menghasilkan perubahan dalam distribusi umur dimana kasus lebih banyak pada anak dengan usia yang lebih tua, remaja, dan dewasa muda.
·            Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi orang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru.
·            Status Gizi
Kejadian kematian karena campak lebih tinggi pada kondisi malnutrisi, tetapi belum dapat dibedakan antara efek malnutrisi terhadap kegawatan penyakit campak dan efek yang ditimbulkan penyakit campak terhadap nutrisi yang dikarenakan penurunan selera makan dan kemampuan untuk mencerna makanan.
Environment (Lingkungan)
Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara berkembang dengan cakupan vaksinasi yang rendah. Kecenderungan waktu tersebut akan hilang pada populasi yang terisolasi dan dengan jumlah penduduk yang sangat kecil yakni < 400.000 orang. Pada lingkungan yang jarang terjangkit penyakit, angka kematian bisa setinggi 25%.
 
III.B. Transmisi Penyakit
                        Virus campak berada dalam lendir dihidung dan tenggorokan orang yang terinfeksi, sehingga penularan biasanya terjadi melalui udara dan pernapasan (batuk dan bersin). Virus campak ditularkan secara langsung dari droflet infeksi. Setelah terinfeksi dengan virus, dibutuhkan beberapa hari untuk gejala muncul. Virus tetap aktif dan menular pada permukaan yang terinfeksi sampai dua jam. Penularan campak terjadi begitu mudah bahwa siapa saja yang tidak diimunisasi mungkin akan mendapatkan penyakit ini pada akhirnya.
               Transmisi campak terutama dari orang ke orang melalui droflet pernapasan besar. Transmisi udara melalu aerosol droflet nuklei telah didokumentasi diwilayah tertutup ( misalnya kantor ruang pemeriksaan) hingga 2 jam orang yang terkena campak menduduki daerah tersebut. Campak sangat menular dengan >90% tingkat serangan sekunder dikalangan orang yang rentan. Campak dapat ditularkan 4 hari sebelum dan 4 hari setelah onset dari ruam. Penularan maksimum terjadi dari timbulnya prodom melalui 3-4 hari pertama ruam (WHO).
III.C.Riwayat Alamiah Penyakit
III.C.1.  Masa inkubasi dan klinis
Masa inkubasi (waktu terpapar sampai kena penyakit) penyakit campak adalah 10-12 hari, sebelum gejala muncul dan 14 hari ruam muncul. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinisasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal berlangsung selama 1 tahun. Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi. Gejala yang nampak pada penderita campak antara lain :
a.                 Demam dengan suhu yang tinggi serta selsema
b.                Mata merah (conjuctivitis), berair, dan sensitif pada cahaya (fotofobia)
c.                Nyeri tenggorokan
d.               Hidung meler (Coryza)
e.                 Batuk (Cough)
f.                 Bercak Koplik
g.                Nyeri otot

                 
Sesudah melewati masa inkubasi sekitar  10-12 hari lamanya, penyakit campak akan menunjukkan gejala-gejala klinik yang jelas berupa demam, malaise, myalgia, dan sakit kepala. Dalam beberapa jam keluhan pada mata akan timbul berupa fotofobia dan rasa panas didalam mata dan mata akan nampak merah, berair dan mengandung eksudat pada kantong konjungtiva. Dalam waktu singkat akan terjadi radang kataral pada saluran pernapasan dengan gejala-gejala bersin-bersin, batuk, dan pilek.
III.C.2. Masa Laten dan periode infeksi
                          Reservoir penyakit campak adalah  manusia dengan suseptibilitas pada semua orang(universal). Penularan kepada kontak yang rentan melalui penghamburan butir-butir cairan saluran nafas mulai hari ke-9 sampai hari ke-10 (pada beberapa kasus kejadian pada hari ke-7) setelah pemaparan, pada permulaan periode prodormal yang sering kali terjadi sebelum diagnosa kasus awal berhasil ditegakkan. Masa penularan ini beangsur-angsur bekurang dan berakhir pada hari ke-4 dari masa rash. Diperkirakan bahwa pada umur 5 tahun paling sedikit 90% dari anak-anak yang belum mendapat vaksinasi telah menderita campak. Virus campak hanya dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan hanya dapat aktif dialam bebas sekitar 34 jam pada suhu kamar. Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya ruam.
III.D. PENCEGAHAN
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak.
Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.  Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat. 
 Imunisasi MMR

Dua macam vaksinisasi campak yang beredar di Indonesia :
1.               Vaksin kemasan kering tunggal, mengandung virus campak hidup yang dilemahkan, diberikan pada bayi usia 9-11 bulan.
2.               Vaksin kemasan kering dikombinasi dengan vaksin gondong/bengok (mumps) dan campak Jerman (Rubella). Di Amerika Serikat kemasan ini dengan nama vaksin MMR (Measles-Mumps-Rubella). Di Amerika Serikat di berikan pada anak-anak usia 4-6 tahun sebelum memasuki sekolah dasar.
Selain imunisasi, pemberian  vitamin A yang mempunyai efek pemeliharaan mukosa sistem pernapasan dan pencernaan serta peningkatan daya tahun tubuh terbukti menurunkan angka kesakitan dan kematian pada pasien-pasien campak di rumah sakit.




Gambar vaksin imunisasi campak.
E. PPENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Namun untuk pencegahan biasanya diberikan vaksin campak rutin kepada anak-anak. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
            Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
            Adapun tiga tahap pemberantasan campak yaitu meliputi :
1. Tahap Reduksi
Tahap reduksi campak dibagi menjadi 2 tahap:
·                     Tahap pengendalian campak; pada tahapan ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi > 80% dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4-8 tahun.
·                     Tahap pencegahan KLB; pada tahapan ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata, penurunan tajam kasus dan kematian dengan interval terjadinya KLB relaif lebih panjang.
2. Tahap Eliminasi
Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi campak sudah sangat tinggi (>95%), dan daerah dengan cakupan  imunisasi rendah sudah sangat kecil. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung harus diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan.
3. Tahap Eradikasi

Cakupan imunisasi tinggi dan merata dengan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus dapat diputuskan, dan negara- negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi

Kamis, 15 Agustus 2013

Dampak Anemia Dan Kekurangan Energi Kronik pada Bumil

Kondisi anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran premature dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Hasil survey menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 persen,dan pada ibu nifas 45 persen. Sedangkan prevalensi wanita usia subur (WUS) menderita KEK pada tahun 2002 adalah 17,6 persen. Tidak jarang kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu.
Malnutrisi bukan hanya melemahkan fisik dan membahayakan jiwa ibu, tetapi juga mengancam keselamatan janin. Ibu yang bersikeras hamil dengan status gizi buruk, berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah 2-3 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi baik, disamping kemungkinan bayi mati sebesar 1.5 kali.
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur (WUS) umur 15-49 tahun adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR. Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan standar LILA <23,5cm. Dari hasil survei BPS tahun 2000-2005 gambaran risiko KEK yang diukur berdasarkan LILA menurut kelompok umur menunjukkan bahwa persentase wanita usia subur dengan LILA < 23.5 cm (berisiko KEK) umur 15-49 tahun rata-rata adalah 15.49.
Penelitian Saraswati dan Sumarno (1998) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kadar Hb <10 g/dl mempunyai risiko 2.25 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar Hb di atas 10 g/dl , dimana ibu hamil yang menderita anemia berat mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR 4.2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tdak anemia berat.
Informasi yang dikumpulkan oleh Sub Commitee on Nutrition WHO menunjukkan bahwa paling sedikit satu diantara dua kematian ibu di negara sedang berkembang adalah akibat anemia gizi besi. Suatu studi di Indonesia pada 12 rumah sakit pendidikan pada akhir tahun 1970 melaporkan bahwa angka kematian ibu di kalangan penderita anemia adalah 3.5 kali lebih besar dibandingkan dengan golongan ibu yang tidak anemia. Apabila kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%, risiko kematian maternal meningkat sekitar delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak anemia.
Disparitas kematian ibu antar wilayah di Indonesia masih cukup besar dan masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN misalnya resiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65, dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand. Pada tahun 2002 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia angka 307 per 100.000 kelahiran hidup. Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan.
Tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09%.

Terbebas dari kelaparan dan malnutrisi sekaligus mendapat nutrisi yang baik adalah hak asasi manusia. Malnutrisi membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit dan kematian dini. Dengan kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI dan AKB akan sulit bisa terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.

Selasa, 13 Agustus 2013

MEMBERITAHU BUMIL UNTUK BERSALIN DENGAN NAKES (KADER)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Delapan puluh persen (80%) persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat.
Masyarakat masih mempercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun dianggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemerintah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun.
Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi, dan balita maka semua persalinan yang ditangani oleh dukun bayi harus beralih ditangani oleh bidan. Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan setempat dengan menjalin hubungan antara dukun dan bidan, tetapi kemitraan yang berjalan saat ini masih dalam batas pemaknaan transfer ilmu pengetahuan, serta masih dalam bentuk pembinaan cara-cara persalinan yang higienis kepada dukun bayi.
Selain kemitraan dengan dukun, pengetahuan ibu akan pentingnya bersalin dengan ditolong oleh tenaga kesehatan juga perlu ditingkatkan, karena pengetahuan ibu juga akan berpengaruh terhadap . Hal ini lah yang harus diupayakan oleh tenaga kesehatan untuk mencegah risiko komplikasi jika ibu ditangani tidak sesuai dengan standar asuhan untuk ibu bersalin. Oleh sebab itu, penulis bersedia membahas tentang pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan (promosi bidan siaga).

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      “Apa yang dimaksud dengan kader?”
2.      “Apa saja peran dan fungsi kader?”
3.      “Bagaimana cara pembentukan kader?”
4.      “Bagaimana strategi untuk menjaga partisipasi kader?”
5.      “Bagaimana cara kader dalam memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan?”

C.    Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara kader dalam memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan.
2.      Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah diketahuinya :
a.       pengertian kader,
b.      peran fungsi kader,
c.       pembentukan kader,
d.      strategi menjaga partisipasi kader, dan
e.       pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan (promosi bidan siaga).

D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.        Bagi Dinas Kesehatan
Makalah ini bisa dijadikan sebagai masukan yang dapat digunakan untuk evaluasi dan sebagai tindak lanjut dalam pelayanan kebidanan pada ibu hamil sehingga pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2.      Bagi Institusi
Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan dapat dijadikan sebagai buku sumber untuk kepustakaan institusi, terutama untuk mata kuliah Askeb V dan mata kuliah yang terkait.
3.        Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pelayanan kebidanan yang diberikan serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan.



4.        Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat, sehingga masyarakat mampu memahami dan membawa ibu hamil di keluarganya untuk bersalin dengan tenaag kesehatan.




BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja penuh atau paruh waktu dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh Puskesmas. Namun, ada juga kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

B.     Peran Fungsi Kader
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
1.      Perilaku hidup bersih dan sehat.
2.      Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa.
3.      Upaya penyehatan dilingkungan.
4.      Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita.
5.      Memasyarakatan keluarga sadar gizi.
Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya melaksanakan tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya di beberapa negara yaitu :
1.      Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan.
2.      Melaksanakan pengobatan yang sederhana.
3.      Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
4.      Menolong persalinan
5.      Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak
6.      Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
7.      Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan
8.      Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan
9.      Melakukan penyuntikan imunisasi
10.  Pemberian motivasi kb
11.  Membagikan alat-alat kb
12.  Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan kebiasaan sehat secara umum.
13.  Pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan perujukan.
14.  Pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan perlunya memastikan diagnosis.
15.  Penenganan penyakit menular.
16.  Membantu kegiatan di klinik.
17.  Merujuk penderita kepuskesmas atau ke rs
18.  Membina kegiatan uks secara teratur
19.  Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan dan pelaporan.

C.    Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader di desa yang telah ditetapkan. Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap Posyandu.
Persiapan dari pelatihan kader ini adalah :
1.      Calon kader yang akan dilatih.
2.      Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.
3.      Tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas.
4.      Adanya perlengkapan yang memadai.
5.      Pendanaan yang cukup.
6.      Adanya tempat praktik (lahan praktik bagi kader).
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:
1.      Pengantar tentang posyandu.
2.      Persiapan posyandu.
3.      Kesehatan ibu dan anak.
4.      Keluarga berencana.
5.      Imunisasi.
6.      Gizi.
7.      Penangulangan diare.
8.      Pencatatan dan pelaporan.

D.    Strategi Menjaga Partisipasi Kader
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi agar mereka dapat selalu berpartisipasi membantu masyarakat di bidang kesehatan.
1.      Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu
2.      Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
3.      Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4.      Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun
Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang dihadapinya.
Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah :
1.      Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga)
2.      Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3.      Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4.      Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5.      Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan sayang ibu.

E.     Pemberitahuan Ibu Hamil Untuk Bersalin di Tenaga Kesehatan (Promosi Bidan Siaga)
 Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi atau pertukaran produk barang atau jasa yang dipasarkannya.
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kodifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan wilayah itu.
Bidan siaga adalah seorang bidan yang telah dipercaya dan diberi kepercayaan yang lebih dari pemerintah/ negara untuk membantu masyarakat.
Promosi Bidan Siaga merupakan salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sesuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat dilibatkan dalam perawatan Bayi Baru Lahir (BBL).
Apabila cara tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitahukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan ( bidan ). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi diwilayah tersebut semakin meningkat.
Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi tentang perran kader adalah dalam daur kehidupan wanita dari mulai kehamilan sampai dengan masa perawatan bayi. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan persalinan adalah sebagai berikut :
1.      Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau dokter.
2.      Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
3.      Ibu dan suami menanyakan kebidan atau kedokter kapan perkiraan tanggal persalinan.
4.      Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan terang, tempat tidur dengan alas kain yang bersih, air bersih dan sabun untuk cuci tangan, handuk kain, pakaian kain yang bersih dan kering dan pakaian ganti ibu.
5.      Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam deteksi dini tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
6.      Perdarahan (hamil muda dan hamil tua).
7.      Bengkak di kaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang.
8.      Demam tinggi.
9.      Keluar air ketuban sebeleum waktunya.
10.  Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak.
11.  Ibu muntah terus dan tidak mau makan.
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk kerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sesuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat dilibatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitahukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.
Sehubungan dengan telah dimulainya program desa siaga dan di tempatkannya bidan desa, maka beberapa daerah sudah tidak membuka adanya dukun baru. Namun demikian sebagai bahan pengetahuan, dukun yang telah ada pada awalnya mereka terlebih dahulu mendapatkan pelatihan dukun bayi.
Adapun kurikulum pelatihan dukun bayi, adalah :
1.      Melaksanakan perawatan kehamilan
a.       Dukun dapat melaksanakan motivasi ibu hamil untuk :
1)      Periksa diri kebidan desa/ dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.
2)      Mendapat TT pada ibu hamil.
3)      Meminum tablet zat besi.
b.      Dukun dapat menyebutkan tanda – tanda hamil muda dan tua.
c.       Dukun dapat melaksanakan anamnesis.
d.      Dukun dapat melaksanakan periksa pandang kehamilan.
e.       Dukun mampu melaksanakan periksa raba untuk menentukan usia kehamilan dan letak janin.
f.       Dukun dapat melaksanakan perawatan payudara dan melaksanakan motivasi tentang pemberian asi sedini mungkin.
g.      Dukun mampu menebutkan tanda – tanda kehamilan dengan resiko dan merujuknya ke Puskesmas
h.      Dukun mampu melaksanakan rujukan ke Puskesmas.
i.        Dukun mampu melakukan motivasi KB menuju keluarga berkualitas.
j.        Dukun dapat melaksanakan pembagian tablet zat besi pada ibu hamil.
k.      Dukun dapat memberikan nasehat tentang makanan bergizi.
2.      Mempersiapkan pertolomgan persalinan
a.       Dukun dapat menyebutkan tanda – tanda persalinan normal.
b.      Dukun dapat mempersiapkan lingkungan ibu bersih dengan benar termasuk dengan kebutuhan untuk ibu dan bayi.
c.       Dukun dapat mempersiapkan alat – alat persalinan sederhana secara bersih.
d.      Dukun mampu mencuci tangan sebatas siku dengan sempurna.
e.       Memimpin persalinan dengan tehnik sederhana.
f.       Dukun dapat membimbing ibu dalam mengejan.
g.      Dukun mampu merawat tali pusat.
h.      Dukun dapat menjelaskan tanda – tanda plasenta dan memeriksa kelengkapan plasenta.
i.        Dukun dapat menyebutkan tindakan – tindakan yang dilarang.
j.        Dukun dapat melaksanakan rujukan.
k.      Dukun mampu melaksanakan pencatatan persalinan yang baru ditolong.
l.        Dukun mampu membagi vitamin A kepada ibu sesudah persalinan.



3.      Merawat bayi baru lahir
a.       Dukun melaksanakan pembersihan mata, mulut dan hidung bayi.
b.      Dukun mampu memotong dan merawat tali pusat.
c.       Dukun mampu memandikan bayi dengan benar.
d.      Dukun mampu menyebutkan tanda – tanda kelainan pada bayi.
e.       Dukun dapat memberikan nasehat  agar ibu menyusui bayi sedini mungkin.
f.       Dukun mampu memotivasi ibu untuk memeriksakan bayinya dan mendapatkan imunisasi dasar.
4.      Merawat bayi premature
a.       Dukun mampu melaksanakan perawatan bayi prematur dengan berat badan lebih dari 2 kg dan aktif.
b.      Merawat ibu nifas dan ibu menyusui.
c.       Dukun mampu melaksanakan perawatan premium, dukun dapat merawat payudara.
d.      Dukun dapat mengenal kelainan nifas.
e.       Dukun dapat melakukan motivasi KB.
5.      Melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil / bersalin dan nifas
6.      Melaksanakan penyuluhan tentang
a.       Makanan bergizi untuk ibu hamil, bayi dan anak balita
b.      Imunisasi
c.       KB
d.      Pentingnya ASI
e.       Hygiene perorangan
7.      Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan
Dukun dapat melaksanakan pencatatan dan pelaporan persalinan kematian ibu dan bayi.
8.      Dukun dapat mengirimkan laporan persalinan
9.      Dukun dapat membantu pendataan ibu hamil dan bayi
10.  Melaksanakan rujukan
11.  Dukun dapat melaksanakan rujukan penderita resiko tinggi pada ibu hamil, bersalin, bayi dan anak


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari penjelasan makalah ini adalah dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin, kader sangat berperan penting untuk mengingatkan, memberitahukan, dan membimbing ibu-ibu hamil di sekitarnya untuk bersalin dengan tenaga kesehatan.

B.     Saran
  Dalam proses pengumpulan bahan, penyusunan, dan penulisan makalah ini, tim penulis tidak terlepas dari kesalahan. Oleh karena itu, tim penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.